Pemilu Borjuis dan Persatuan Perlawanan Rakyat

Minggu, 11 Mei 2014

Pemilu 2014 Adalah Pemilu Para Borjuasi Nasional

Pemilihan calon legislatif di seluruh daerah di indonesia telah usai dan partai PDI-P dinyatakan sebagai pemenang  dengan memperoleh 19 % dari total suara yang ada dan disusul oleh partai Orde Baru Golkar, kemudian disusul oleh partai GERINDRA (pecahan Golkar orde baru) urutan ketiga yang memperoleh suara 11% dari total suara yang dihitung oleh perhitungan cepat (Quick Count). Dari semua pemilihan yang ada di setiap daerah,suara golput masih tinggi sampai 50%, dan ini adalah sebuah petanda bahwa politik yang di praktekkan para pengusaha (borjuis) elit ini sudah tidak dipercaya oleh banyak rakyat indonesia. Suara golput masih menjadi pemenang, namun, batalnya pemilihan bukan di hitung dari seberapa banyaknya suara yang golput, ini adalah permainan para borjuasi dan partai elitnya yang tidak akan memeberikan ruang kepada rakyat untuk menentukan nasibnya sendiri dan membentuk partainya sendiri, itu sudah menjadi keharusan dari suatu partai elit.

Penomena pemilu semenjak runtuhnya rezim orde baru tidak mengalami perubahan signifikan dalam memperbaiki sistem demokrasi yang semakin kocar-kacir dibawah kekuasaan rezim neolibiral, deokrasi hanya menjadi ilusi dan candu yang mengasikkan banyak aktivis terlarut dalam aroma khas perpolitikan borjuis reformis dan massa rakyat yang semakin memperlihatkan ketidak percayaannya kepada semua partai yang ada dalam perbaikan kehidupannya sekarang dan dimasa yang akan datang. Dengan berakhirnya pemilihan legislatif ini masa depan massa rakyat akan tetap mengalami kesuraman baik itu dalam perpolitikan, ekonomi, maupun dalam strata sosial (klas) semakin tersudutkan dalam ruang kesengsaraan dan ancaman-ancaman hidup dalam ilusi demokrasi borjuis komparador, penghambapemodal asing. rakyat sudah seharusnya belajar untuk merebut kekuasaan dibawah kontrol rakyat maka seluruh kebijakan akan mengarah pada kepentingan rakyat.

Ilusi demokrasi borjuis kepada massa rakyat, kita bisa melihat realita yang ada seperti beberapa caleg dari beberapa partai yang sudah kehilangan uangnya dalam melaksanakan money politic dan black campaign untuk menarik suara pemilih, namun yang terjadi adalah depresi berat yang di alami beberapa caleg karena gagalnya harapan untuk menjadi anggota dewan, inilah yang di praktekkan dalam pemilu borjuis bahwa uang dan iming-iming ekonomi lainnyalah yang bermain, caleg dengan standar ekonomi/dana kampanye yang lemah akan dikalahkan dengan modal caleg yang dana kampanyenya sangat tinggi, sehingga yang terkuras dananya dalam pemilihan dan gagal menjadi anggota dewan akan mengalami gangguanotak (stress berat), apa yang akan dilakukan oleh partai tempat mereka mencalegkan diri..? sama sekali tidak ada, dan secara otomatis partai akan membuangnya karena tidak bisa menarik suara untuk mendukung partai dalam pemilihan presiden nantinya. Sungguh permainan yang tidak sehat diantara paracaleg. Mungkin karena ketika menjadi seorang dewan maka uang akan cepat didapat dengan mudah, dan menjadi anggota dewan sudah menjadi mata pencaharian bukan lagisebaga perwakilan rakyat untuk menyampaiakan suara kepentingan rakyat di DPR malah menjadi mata pencaharian, miriss.

Setalah berakhirnya masa pemilihan calon legislatif, maka akan dilanjutkan dengan pemilihan calon presiden dan wakil presiden dari partai-partai yang ikut pemilu, dari semua partai yang ikut dalam pemilu, kesemuanya tidak memenuhi syarat untuk mencalonkan capres/cawapres dari satu partai, maka dari itupartai-partai ini akan melakukan koalisi partai untuk memenuhi kuota pencalonan sebagai capres dan cawapres. Ada tiga partai yang memperoleh suara terbanyakyaitu PDI-P, Golkar, dan Gerindra. Keriga partai tersebut menggalang koalisipartai-partai yang di tingkat menengah sampai bawah dari survei perhitungan cepat. Dari semua partai yang ada dan maju sebagai calon presiden nantinya, semuanya adalah penghamba neolibiral (modal.pengusaha asing) dan menjadikan militer sebagai penjaga modal yang siap menghadang perlawan-perlawan rakyatdari bawah yang tertindas dan yang terampas hak-haknya sebgai warga negara dan sebagai penduduk asli bangsa dan negara. Tidak ada yang bisa diharapkan dari pencalonan partai borjuis penghamba kekuasaan modal asing. Hanya dengan kekuatan rakyat sendirilah yang akan menentukan nasibnya sendiri.  

Pemuda, Mahasiswa, DanPelajar Bersama Buruh Yang Berlawan

Aksibersama-sama bukan lagi suatu yang tidak mungkin dilakukan dengan berbagai macam bendera, platfrom politik organisasi. Tetapi, dengan penindasan yang semakin menampakkan wajah seramnya kini diketahui banyak kalangan yang kemudian mengorganisasikan diri karena ternyata sang penindas itu menindas segala aspek kehidupan bukan hanya buruh/pekerja yang tertindas di pabriknya (upah murah, tidak ada kejelasan kerja, diskriminasi sampai intimidasi buruh yang berorganisasi dan berlawan, dampak pada ancaman PHK). bukan hanya mahasiswa ditindas dalam kampusnya, biaya kuliah yang mahal, dan kebebasan berpendapat dikebiri. Tetapi juga dikalangan pelajar (siswa) yang mendapatkan diskriminasidan komersialisasi tempat mereka belajar dan pemuda yang tidak mendapat-kan lapangan pekerjaan, diskriminasi dan dicap sebagai “preman” yang tak punya martabat (sampah masyarakat), dan sering digunakan sebagai massa bayaran oleh birokrasi untuk melawan perlawanan rakyat.

Dan bukan kali pertama mahasiswa, pelajar dan klas pekerja/buruh yang berlawan mengkonsolidasikan diri, bersolidaritas atas perlawanan yang mereka bangun,tetapi di belahan negara lain terjadi hal yang serupa dan menjadi tolok ukur persatuan gerakan perlawanan pemuda, mahasiswa, pelajar, klas pekerja/buruh danrakyat tertindas lainnya. Kita bisa melihat praktek persatuan yang dilakukanoleh rakyat chili dimana pelajar, mahasiswa dan para klas pekerja/buruh aksibersama menolak komersialisasi pendidikan, di prancis mahasiswa dan klas pekerj/buruh mengepung kampus untuk bersolidaritas terhadap mahasiswa dalamaksi mogok kuliah dan begitu juga sebaliknya, mahasiswa membantu perlawanan buruh di tingkatan pabrik dalam perbaikan kehidupan klas pekerja/buruh.Contoh-contoh perlawanan bersama antara rakyat dan kaum intelektual revolusioner masih banyak kita temui dan perlawanan itu akan tetap lahir dalam dunia yang memberlakukan sistem penindasan manusia atas manusia lainnya sebagai bentuk perlawanan terhadap penindasan, dan penguasaan satu orang diantara jutaan umat manusia di dunia.

Marikita selangkah lebih maju dari kegagalan-kegagalan sebelumnya, dengan mengangkat benderah, platfrom, suku/ras, dan agama yang berbeda, tapi bukan ituyang menjadi tembok penghalang bagi persatuan. perbedaan adalah sebuah bentukpra-syarat untuk membentuk suatu persatuan yang lebih kuat. Memahami perbedaanakan menguatkan persatuan yang akan dibangun. Jika melarang-larang perbedaan,maka yakin saja persatuan akan berumur pendek karena akan menonjolkan persatuan dan mengabaikan perbedaan, begitupun sebaliknya, itulah yang terjadi dalam organisasi-organisasi gerakan yang dianggap militan, organisasi yang dianggap sebagai alternatif selama ini. lahirnya bentuk-bentuk perlawanan baru dibawah negara yang mengalami ke gradualan sistem telah tumbuh pesat, potensi sepertiinilah yang kemudian kita anggap sebagai spontanitas massa yang menuntut ketidak adilan baik ketidak adilan secara hukum, sosial, politik, danketimpangan ekonomi. Dari sopntanitas massa itulah kita terlahir sebagai alternatif, bersolidaritas dalam satu langgam perjuangan yang tertindas didalam satu sistem yang sama yaitu sistem kapitalisme. Mahasiswa, pelajar, pemuda, kaum miskin kota, kaum buruh, petani, dan kaum tertindas lainnya bersatu dalam satu kontradiksi umum yang harus di selesai-kan yang kemudian akan menghasilkan negasi baru dalam menata sistem ekonomi, politik, sosial-budaya yang tentunya bertujuan akan kepentingan kaum tertindas.

Konstalasi politik tahun ini, pemilihan calon wakil rakyat (legislatif/perancangundang-undang), dan pemilihan calon presiden sebagai momentum politik yang tidak bisa kita abaikan begitu saja, kita sudah tahu bahwa yang akan menjalankan kebijakan pemerintahan nantinya, merancang undang-undang nantinya, tidak lain adalah wakil-wakil dari pengusaha, penghamba modal, yang berkiblat pada modal internasional dibawah sistem neo-liberal. Maka dari itu, apa yang harus dilakukan oleh segenap element yang berlawan? Apakah akan melebur kedalam irama politik borjuasi ataukah membentuk suatu politik alternatif? nah, inilah yang harus kita jawab dengan melihat sejarah bangsa ini yang belum menemukan revolusinya sendiri untuk mengubah nasibnya sendiri tanpa harus menjilat pada asing dan menyerahkan sepenuhnya kepada asing untuk mengambil secara paksa sumber daya alam kita. 

Jika rakyat yang sadar akan klasnya sendiri, sebagai klas yang tertindas dari kaum minoritas pengusaha, birokrasi dan sekaligus sebagai borjuasi komprador dengan sistem neo-liberal. Maka jalan satu-satunya adalah membentuk kekuatan politik alternatif, politik rakyat tertindas yang mayoritas itu, politik yang akan memperjuangkan kepentingan rakyat itu sendiri. Bukan politik borjuis sekarang ini yang tengah beranjak kesenayan dan akan melanjutkan roda pemerintah penindas. Jika rakyat tidak membangun politiknya sendiri, maka tinggal penindasan akan tetap berdiri tegak dinegri ini. Hanya dengan kekuatan politik rakyat tertindaslah sebagai politik alternatif yang akan menjawab dan akan menghapus sistem penindasan di negri ini. bersama dengan kaum tertindas lainnya, dan kaum yang sadar akan penindasan. Buruh, tani, nelayan, kaum miskinkota, mahasiswa, pelajar, pemuda dan kaum tertindas lainnya, bersatulah! 

Belajar,Organisasi, Dan Revolusi!

Makassar 11 Mei 2014
    
Oleh: Bustamin Tato
Penulis adalah Biro Ideologi Komite Persiapan Sentra Gerakan Muda Kerakyatan (KP-SGMK)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar, mengkritik, di kolum dibawah dengan komentar-komentar serrta kritikan yang ilmiah. study, organisasi, dan revolusi. salam muda kerakyatan, salam sosialisme