Sampai manakah gerakan para kartini?

Selasa, 21 April 2015



Sampai manakah gerakan para kartini?
Oleh : desinataliamebang

 21 April di kenang sebagai Peringatan Hari Kartini, seorang yang telah mendorong maju para perempuan dimasa kolonial, mendorong perempuan untuk mendapatkan pendidikan, menentang kawin paksa, perjodohan dan segala hal yang menindas perempuan kala itu, membangun sekolah-sekolah dimana.
Namun, gerakan Perempuan saat ini di dominasi secara politik dan propaganda oleh Gerakan Feminis Liberal, ini merupakan dampak dari dihancurkannya gerakan rakyat dan perempuan yang mencita-citakan Sosialisme, termasuk di Indonesia. Setelah 1965-1966 isu mengenai masalah perempuan, kampanye politik mengenai perempuan itu di kuasai oleh kelompok NGO, dan kelompok feminisme Liberal lainya.
Hingga gerakan perempuan tidak jauh dari program found yang tujuan utamanya hanya uang semata dan " agar kapitalisme kelihatan BAIK". secara kasat mata kita tak dapat melihat itu namun jika dilihat lagi Kapitalisme sungguh ahli, lihat saja para NGO yang mengurusi masalah kekerasan seksual dllnya, itu dibayar oleh found, mau itu  IMF, Word Bank dkk , yang mereka juga aktor dari kekerasan seksual, dan penindasan perempuan itu sendiri. 
Tugas NGO hanya menjadi ADVOKAT rakyat, dan mengatur perilaku masyarakat  agar menganggap Negara atau Kapitalisme ini baik dan peduli. setelah kasusnya selesai, selesai pula tugas mereka! dan mendapatkan uang sebanyak-banyaknya.
Maka Jawabannya ya tidak, tidak ada kapitalisme yang baik, dimanapun ia berada dia selalu menghisap dan menindas.
Gerakan perempuan saat inj sangat jauh mundur dibanding gerakan perempuan sebelum 1966, dimana gerakan itu murni untuk memajukan perempuan dan  terbebas dari belenggu kapitalisme yang menghisapnya. 
Demikian pula dengan politik feminismenya . politik feminisme yang dijalankan sangat liberal "bebas tanpa batasan" . Sosialisme dan Feminisme itu berbeda, walaupun Sosilaisme selalu berkomitmen terhadap pembebasan kaum perempuan. Dalam pandangan Feminisme khususnya feminisme liberal, didalam kehidupan bermasyarakat yang menjadikan perempuan tertindas dan menjadi klas kedua, itu adalah laki-laki, yang kemudian disebut Partiaki (kekuasaan laki-laki). Dimana laki-laki lah yang berkuasa dan perempuan tunduk pada kekuasaan laki-laki. Bahkan sebagai manusia perempuan tidak punya hak akan tubuh dan seksualitas mereka sendiri, maka dari itulah landasan mereka untuk berjuang, memperjuangkan apa yang menjadi haknya dan mengakhiri kekuasaan laki-laki terhadap dirinya.
Namun Sosialisme tidak dapat memandang penindasan terhadap perempuan dengan demikian, dengan menjadikan laki - laki sebagai “rival” yang harus perempuan kalahkan agar dapat “bebas merdeka”. Namun Sosialisme meletakan persoalan penindasan perempuan dalam persoalan “klas” . Mengapa demikian? Menurut pandangan Sosialis, penindasan laki-laki terhadap kaum perempuan muncul dari kepemilikan pribadi dan masyarakat klas. ini yang dikatakan Engels dalam bukunya asal–usul keluarga, kepemilikan pribadi dan negara yang mengatakan ‘ekploitasi kelas dan penindasan seksual atas perempuan lahir bersamaan dengan tujuan melayani kepentingan sistem kepemilikan pribadi.
Dimana itu berawal saat kehidupan manusia memasuki fase “agriculture” atau bercocok tanam. Dimana pada fase sebelumnya yaitu yang kita kenal dengan Komunal primitif, manusia hidup tidak mengenal kepemilikan pribadi dan tidak mengenal perbedaan klas. Perempuan dan laki - laki bersama - sama terlibat dalam proses produksi berburu dan meramu dan dengan kedudukan yang setara dan sejajar.
Dengan munculnya kepemilikan pribadi atas alat produksi dan masyarakat klas telah menyingkirkan kaum perempuan dari proses produksi dan melemparkannya kepada pekerjaan-pekerjaan domestik (kerumahtanggaan). Oleh sebab itu kebebasan perempuan direnggut, dan dirampas. Kesetaraannya dengan laki-laki dihancurkan. Oleh sebab itu, sangat jelas bagi kaum Sosialis, bahwa pembebasan perempuan tidak dapat dipisahkan dari perjuangan klas, untuk mengakhiri kepemilikan pribadi atas alat produksi dan masyrakat klas, menuju masyarakat Sosialisme.

Terpatahnya Logika Feminisme Liberal dan saudara-saudaranya
Saat ini baik perempuan maupun laki-laki, kita sedang hidup dan berkembang biak dalam tatanan Kapitalisme. Kemajuan dari sistem ini mendatangkan perubahan yang besar bagi perempuan, yang pada masyarakat perbudakan dan masyarakat feodal kaum perempuan disingkirkan dari proses produksi dan menempatkan mereka dalam posisi yang bergantung sepenuhnya pada laki-laki. Didalam masyarakat kapitalis perempuan dikembalikan lagi kedalam proses produksi itu untuk memenuhi permintaan pasar. Sekarang kita dapat temui perempuan bekerja, dipabrik, dikantor, diperusahaan, bahkan ada yang menjadi presiden. Dan bahkan ia mendapat kekebasan diri atas tubuhnya itu terlihat perempuan diera Kapitalisme ini, hidup bebas, wanita karir, merokok, kebebasan orientasi seks, yah setara dalam logika yang sangat liberal. Dengan demikian jika mengunakan logika dari feminis liberal, maka basis material terhadap penindasan kaum perempuan telah lenyap dengan kemajuan Kapitalisme itu sendiri.
Namun Sosialisme memandang tidak demikian, kemajuan yang diberikan Kapitalisme kepada perempuan adalah hal yang sangat bebas tanpa batasan sama sekali. Dalam masyarakat kapitalis tidak ada yang namanya hanya laki-laki saja yang menindas perempuan, ada juga perempuan yang menindas laki-laki. Dalam sistem Kapitalisme bukan pertentangan antara perempuan dan laki-laki yang membuat penindasan itu ada, namun ada klas yang menindas yaitu Borjuasi/Emprialis ada klas yang ditindas yaitu klas Proletar. Yaitu soal kepemilikan atas alat produksi , apakah dimiliki secara pribadi atau komunal (bersama). Jika dimiliki secara bersama dan hasinya dibagi rata sesuai kebutuhan masing-masing maka ketidak adilan dan penindasan itu tidak ada. Bahkan watak Partiaki itu hadir sebab kepemilikan pribadi. ​Tatanan masyarakat yang didalamnya terdapat perbedaan klas (dengan kepemilikan pribadi atas alat produksi sebagai basis materialnya) ini merupakan lahan yang subur bagi kekuasaan laki-laki (patriarki) dan penindasan terhadap kaum perempuan itu sendiri
Didalam masyarakat perempuan adalah (rahim ) dari kedua klas tersebut, seorang perempuan mampu berreproduksi ini alasan yang digunakan kaum laki-laki pada saat memasuki fase agriculture dimana perempuan dapat mencetak tenaga kerja (anak) sebanyak mungkin, untuk menjadi tenaga kerja dilahan pertanian dan perternakan. Ini yang menjadikan Perempuan diletakan di (Kasur, Dapur, dan Sumur), inilah awal munculnya watak Partiaki dalam kehidupan manusia, dimana laki-laki yang tidak akan mengandung, mengambil alih pekerjaan produktif yaitu bertani dan bertenak. Dan menjadi pemilik dari alat produksi itu sendiri, karena ia yang mengerjakannya.
Jadi persoalannya bukan pada jenis kelamin mana yang berkuasa, tapi klas mana yang berkuasa.Selama yang berkuasa adalah klas borjuasi / Kapitalisme, dengan tatanan masyarakatnya, maka selama itu pula penindasan terhadap perempuan dan tentu saja klas proletar tidak akan berakhir.

Perjuangan Klas menuju Pembebasan Perempuan
VISI SOSIALISME TERHADAP PEREMPUAN : “pembebasan kaum perempuan tidak dapat dipisahkan dari perjuangan mengakhiri kepemilikan pribadi dan masyarakat klas serta membangun masyarakat baru, masyarakat Sosialis. Dengan perkataan lain, pembebasan kaum perempuan terlaksana melalui perjuangan Sosialis.”
Lewat kutipan diatas yang disadur dari salah satu artikel ini, tergambar jelas tanpa perjuangan klas atau sosialis maka tidak akan pernah tercapai yang namanya pembebasan kaum perempuan.
Saat ini, ada banyak macam bentuk varian gerak dalam gerakan perempuan yang ada, seperti Feminisme Liberal,Feminisme Radikal, Feminisme Sosialis, dan berbagai macam varian gerak yang terdapat di gerakan perempuan lainnya, akan tetapi apapun itu, hal yang paling tidak bisa kita pungkiri bersama adalah hampir semua gerakan perempuan yang ada di Indonesia meletakan perjuangannya hanya pada perjuangan normatif perempuan (kekerasan seksual, dllnya) tidak meletakan pada perjuangan klas.
Sibuk mengkampanyekan Stop Kekerasan Seksual, Kebebasan Seksual, bla bla bla, dari pada mengpropagandakan saatnya kaum perempuan mau dari golongan apapun untuk belajar dan berjuang, mengorganisir kesadaran , dan meletakan perjuangannya pada perjuangan klas. Kekerasan seksual tidak akan pernah selesai selama isi kepala laki-laki tidak dipahamkan, dan masih terkukung dalam kesadaran semu kapitalisme. Meletakan padangan dan kesadaran perempuan dan laki-laki itu dalam rantai Kapitalisme, siapa kita dan apa tugas kita.
Jadi meletakan Proganda dan Program politik pada kontradiksi pokok dari masalah yang dialami diatas. Tidak ada tercapai kebebasan, kesetaraan, perlindungan dan keamanan bagi perempuan selama sistem kepemilikan masih dimiliki klas borjuis. Musuh kita bukan laki-laki! Tapi klas yang berkuasa saat ini yaitu Klas Borjuasi.
Perempuan adalah Rahim dari kedua klas, jika ia berkesadaran klas maka ia akan mengajarkan ke anak-anaknyanhal yang sama. Begitupun sebaliknya. Tenaga kerja itu berasal dari seorang perempuan. Maka sudah saatnya kepabrik -pabrik, kampus-kampus, kantor-kantor dllnya. Memprogandakan mengenai Perempuan dan perjuangan klas. Dan membagun kesatuan dan kekuatan yang koletif bersama klas proletar diseluruh dunia, maka perjuangan menuju tatanan masyarakat yang damai, setara, adil dan tentram akan terlaksana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar, mengkritik, di kolum dibawah dengan komentar-komentar serrta kritikan yang ilmiah. study, organisasi, dan revolusi. salam muda kerakyatan, salam sosialisme