Mengapa Harus Golput
Dalam pesta
demokrasi partai borjuis serta pemilihan umum 2014, baik itu
pemilihan calon legislatif (Pileg), maupun pemilihan Presiden periode
20014-2019 sangat marak diperbincangkan mengenai masalah golput atau
sering orang-orang katakan dengan golongan putih. sangat menarik memang
memperbincangkannya apalagi negara saat ini dalam situasi pemilihan calon
pemimpin, dan pemilihan calon wakilrakyat DPR, ditambah lagi dengan
pilihan golput yang sangat tinggi, melihat situasi dalam system demokrasi
setengah hati ini, yang telah dibangun beberapa tahun setelah jatuhnya
rejim soeharto yang otoriter dalam menjalankan sebuah kebijakan, bahkan
sampai sekarangpun traumatik rakyat masih terasa akan kerakusan dan
kekejaman yang dilakukan rejim otoriter soeharto sampai rezim
setelahnya terhadap rakyat, dan tidak menutup kemungkinan pelanjut dari
orde baru seperti SBY (Demokrat) yang tinggal beberapa bulan masa
rezimnya berjalan akan selesaidan juga Partai Golkar dan beberapa
pecahannya seperti Partai NASDEM (SuryaPalo), Partai GERINDRA (Prabowo
Subianto), dan Partai HANURA (Wiranto). Dari beberapapartai pecahan dari
partai Golkar ini sangat bernafsu untuk maju sebagai calon presiden
2014-2018 nantinya. Bahkan yang paling berbahaya adalah pernyataan dari
partai Golkar yang menyatakan “jika partai Golkar menang dalam
pemilu,maka suasana zaman pemerintahan orde baru yang otoriter itu akan
dibumikan atau dijalankan kembali sebagai sistem yang baik, aman dan
damai” miris.
System demokrasi yang telah
dibangun selama ini, menemukan titik jenuh dalam mengambil sebuah
keputusan bagi rakyat yang telah sadar akan manipulasi yang
dilakukanpara birokrat dalam mengambil kebijakan yang tidak memihak
kepada rakyat yaitu golput yang terorganisir. golput terorganisir disini
adalah golput dimana rakyat menyatukan suara bahwa ketika bukan rakyat
tertindas yang memimpin bangsa ini maka segala kebijakanpun tidak akan
memihak kepada rakyat tertindasdan rakyat harus menyatukan ketidak
sepakatan kepada system pemerintahan yang dikuasai para borjuis-borjuis
yang hanya menjadikan rakyat sebagi budak-budak mereka di negeri-nya
sendiri.
Pada pemilihan tingkat daerah beberapa
waktu lalu banyak daerah yang mencapai angkagolput sampai dengan 40%
dengan golput yang tidak jelas, apakah mereka golput karena faktor malas
ataukah tidak memiliki kartu pemilihan untuk memilih bahkan sampai pada
kesadaran masyarkat yang memang sudah tahu dengan gerakan para borjuis
yang mereka sudahtahu bahwa dengan kepemimpinan mereka hanya membuat
masyarakat bawah tambah sengsara,ini menandakan bahwa tingkat golput
sangat tinggi meskipun itu adalah golputyang tidak secara terorganisir
dalam menyatukan suara untuk tidak memillih.
Golputyang
banyak menimbulkan pro kontra di kalangan intelektual karena
terkait dengan kepentingan mereka, golput yang difatwahkan haram oleh
majlis ulamaindonesia (MUI) memperjelas bahwa sisem demokrasi yang kita
bangun adalahsistem demokrasi ala para borjuis yang mementingkan
kelompok mereka sendiri bukan demokrasi dimana yang kita ketahu
yaitudemokrasi dari rakyat untuk rakyat, bukan dari rakyat untuk
kepentingan paraborjuis, pernyataan Nur Hidayatullah yang menyatakan
bahwa warga negara yangtidak memilih adalah iblis, Tantomy Yahya kader
Partai Golkar bahkan ingin mempidanakan barang siapa warga negara yang
golput (tidak memilih) pernyataan yang miris. golputadalah salah satu
hak setiap warga negara pada umumnya untuk menentukan pilihan mereka
sesuai dalam undang-undang yaitu masyarakat berhak memilih dan dipilih
bukan wajib memilih.
Bukan Hanya Sekedar GolPut, Rakyat Harus Membangun Partai Politik Sendiri
Jika menelusuri
angka golput sepanjang sejarah pemilihan presiden dan pemilihan calon
legislatif DPR masuknya era reformasi tahun 1999 angka golput 10,2%,
pilegtahun 2004 23,3%, dan pada tahun 2009 menjadi 29% pemilih yang
tidak menggunakan haknya, maka dapat disimpulkan kurangnya tingkat
partisipasi masyarakat dalam pemilihan semakin meningkat tapi, dari sikap
golput itu tidak akan membuat para elit politik borjuasi ini
menghentikan pemilihan dan menawarkan kepemimpinan pada suara golput,
tidak. Pada masa orde baru, tingkat partisipasi pemilih pada pemilu masa
Orde Baru yang mencapai 80% hingga 90% baik-baik sajadan tidak
dipermasalahkan. Di negara-negara lain angka golput bisa mencapai
50%sampai 60% diabandingkan di indonesia yang baru mencapai 40% angka
golput.
Dengan mencantumkan angka-angka persentase
golput diatas bukanlah sebagai bentuk ajakan untuk harus memilih. tetapi,
dengan langkah golput yang kita pilihsebagai pilihan dengan alasan
bahwa partai elit bojuis yang bertarung dalam kanca politik atau
pemilihan nantinya adalah bukan perwakilan dari rakyattetapi perwakilan
dari segelintir orang yang akan menjadikan bangsa ini jatuh dalam jurang
kehancuran dengan membiarkan pihak asing menguasai sumber dayaalam
negara dan menjalankan korupsi berjama’ah baik itu partai yang
berlatarbelakang agama, nasionalisme, telah terinjeksi sebagai partai
politik korup.
Pemilu tahun ini adalah pemilihan
borjuasi yang akan melanjutkan kesengsaraan bagi rakyat secara luas. Bisa
kita lihat dengan kasat mata, Partai manakah yang bukan sebelumnya
menjalankan roda pemerintahan yang banyak menyensarakan rakyat, mencabut
subsidi, menjual perusahan-perusahan milik negara, membiarkan perusahaan
asing menguras kekayaan alam indonesia.? Dari sekian partai Politik tidak
ada sama sekali yang menjadi perwakilan rakyat, dan perlu diketahui
bahwa dari setiap pimpinan partai elit politik adalah pengusaha yang
tentunya akan berbeda kepentingan dengan kepentingan massa rakyat.
Dengan melihat
kenyataan daiatas, Kita tidak hanya bisa dengan sikap politik
golput saja, jika partai-partai borjuis bukanlah solusi dari kesengsaraan
rakyat, makarakyat harus membentuk partai politik sendiri, membangun
kekuatan politik sendiri, tanpa harus diwakili oleh partai elit politik
borjuis yang sedang bertarung. Massa rakyat, saatnya membagun
organisasi-organisasi politik yang akan memihak pada rakyat itu sendiri.
Belajar dari sejarah Kemerdekaan bangsaini dari penjajahan belanda.
Bukan partai borjuis yang mengusir penjajah itu,tetapi rakyatlah dengan
sikap politiknya mampu menumbangkan kekuasaan pemerintahan hindia belanda
menjadi negara Republik Indonesia. saatnya rakyat indonesia sadar dan akan melawan segala bentuk pembodohan politik partai borjuis dan membentuk dan membangun politik sendiri, saatnya rakyat berpolitik sendiri, saatnya rakyat menentukan nasibnya sendiri karena tidak akan berubah suatu kaum jika bukan mereka sendiri yang mengubahnya, dan rakyat tertindaslah yang akan mewarisi kepemimpinan bangsa ini dan dunia ini.
Oleh: Manusia yang Anti Terhadap Partai Borjuis dan Melawannya
Anggota: Komite Persiapan Sentra Gerakan Muda Kerakyatan (KP-SGMK)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar, mengkritik, di kolum dibawah dengan komentar-komentar serrta kritikan yang ilmiah. study, organisasi, dan revolusi. salam muda kerakyatan, salam sosialisme