sumber: Arah Juang
Tepat pada tanggal 17 november 2015 kemarin, ratusan mahasiswa
universitas mulawarman melakukan aksi damai keliling kampus. Aksi
tersebut dimotori oleh berbagai organisasi seperti BEM FAKULTAS TEKNIN,
BEM FAKULTAS TEKNOLOGI DAN KOMUNIKASI, BEM FAKULTAS PERIKANAN, LEM SILFA
FAKULTAS KEHUTANAN, MAJELIS PERWAKILAN MAHASISWA FAKULTAS ILMU SOSIAL
DAN POLITIK, GMNI KOMISARIAT EKONOMI UNMUL dan JARINGAN KERJA MAHASISWA
KERAKYATAN SAMARINDA.
Ratusan mahasiswa yang tergabung dalam aksi tersebut, mendatangi satu
persatu fakultas di universitas mulawarman, sambil melakukan orasi
politik dan mengajak mahasiswa lain untuk bergabung dalam aksi mereka.
Aksi tersebut menilai bahwa pendidikan saat ini sudah tidak lagi ilmiah
dan demokratis. Penilaian tersebut berangkat dari kebijakan pendidikan
yang tidak pernah melibatkan mahasiswa dalam proses perumusannya.
Selanjutnya kebijakan pendidikan saat ini, di nilai semakin
menjauhkan mahasiswa dari kesadaran organisasi dan kesadaran politiknya.
“kebijakan seperti UU Dikti No 25/2014 yang menyebabkan 10 orang mahasiswa di skorsing serta beberapa organisasi di larang melakukan kegiatan di luar wilayah kampus merupakan upaya birokrat kampus untuk menjauhkan mahasiswa dari kesadaran organisasi. Beberapa produk kebijakan pendidikan saat ini seperti UKT, PP No. 60, PP No. 61, juga telah menjadikan pendidikan sebagai komoditi perdagangan. Ini semua karena mahasiswa tidak pernah di libatkan secara demokratis dalam merumuskan kebijakan pendidikan” ucap humas aksi (bung jamal).
Aksi tersebut juga berpendapat bahwa semua kewajiban yang di bebankan
pada mahasiswa selama ini, tidak sebanding dengan hak yang mereka
dapatkan.
“kami di wajibkan harus membayar uang kuliah yang tinggi tapi tidak sebanding dengan yang kami dapatkan, Fasilitas yang tidak memadai, tenaga pengajar yang kurang, metode belajar yang monolog, dosen yang jarang masuk, serta masalah transparansi anggaran yang sampai sekarang tidak pernah selesai” lanjut ketua GMNI komisariat ekonomi tersebut.
Mereka beranggapan bahwa, hanya dengan pendidikan yang ilmiah dan
demokratislah, masalah dalam dunia pendidikan saat ini akan
terselesaikan, pendidikanpun akan benar benar menjadi sarana untuk
mencerdaskan kehidupan berbangsa.
“Pendidikan yang ilmiah akan menuntun manusia pada kesadaran akan tugasnya sebagai mahluk individu dan sosial. Pendidikan yang demokratis akan mengajarkan manusia tentang bagaimana memperlakukan ilmu pengetahuan secara kolektif. inilah alasan ,mendasar bagi kami untuk mewujudkan pendidikan yang ilmiah dan demokratis” tegas Bung Jamal.
Adapun tuntutan mahasiswa dalam aksi tersebut adalah :
- Cabut UU dikti no 25 tahun 2014
- Berikan Fasilitas yang layak.
- Ubah metode pengajaran yang monolog menjadi dialog.
- Lawan upaya deorganisasi dan depolitisasi.
- Cabut kebijakan yang mengekang hak demokrasi mahasiswa.
- Berikan kejelasan dalam transparansi anggaran di universitas mulawarman.
- Cabut skorsing terhadap 10 mahasiswa fisipol.
Aksi tersebut berhenti di depan rektorat universitas mulawarman.
Mahasiswa mendesak Rektor universitas mulawarman, untuk keluar dari
ruangannya dan berdiskusi dengan mereka. Mahasiswa sempat di ajak untuk
audiensi tertutup dalam ruang pertemuan rektorat, namun mereka menolak,
dan mendesak rektor unmul keluar dari ruangannya, menemuai mereka untuk
berdiskusi. Tak lama kemudian rektor unmul Prof. Dr. H. Masjaya M.Si
keluar dari ruangannya dan menemui mahasiswa.
Dalam diskusinya mahasiswa mendesak rektor untuk menyatakan sikap
yang tegas atas semua tuntuttan mereka. “kami minta bapak memberi sikap
tegas, terhadap semua tuntutan kami” ujar salah seorang mahasiswa. Namun
rektor unmul tidak dapat memberi jawaban yang tegas, karena harus
melewati mekanisme atau rapat bersama pihak-pihak yang bertanggung jawab
dalam pengambilan keputusan di universitas terlebih dahulu.
“Semua tuntutan adek-adek, akan kami diskusikan terlebih dahulu
bersama dengan semua pihak yang bertanggung jawab dalam pengambil
kebijakan di universitas mulawarman, karena harus melewati prosedur yang
sudah di tetapkan” ujar rektor unmul tersebuyt. Mendengar jawaban
tersebut mahasiswa mengancam akan mengkonsolidasikan barisan mereka
lebih luas lagi.
“kami merasa jawaban bapak masih gantung, kami akan memperluas
barisan kami” ujar salah satu mahasiswa. Setelah itu mahasiswa kembali
berkumpul di Gor 27 september unmul, untuk evaluasi dan menyusun rencana
selanjutnya (Sap).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar, mengkritik, di kolum dibawah dengan komentar-komentar serrta kritikan yang ilmiah. study, organisasi, dan revolusi. salam muda kerakyatan, salam sosialisme