Laman

Senin, 17 Februari 2014

Pendidikan Gratis untuk Siapa ?

Pendiidkan di negri banyak menuai sorotan dari berbagai element masyarakat. dimana pendidkan yang menjadi dasar utama untuk meningkatkan kemakmuran, kesejahtraan kini mengambil langkah yang keluar dari esensi, dan substansi dari pada pendidikan tersebut. Dan pendidikan hanya menjadi tempat mendapatkan duit yang lebih bayak oleh orang-orang penyembah modal (uang). Maka dari itu pendidika sebagai alat merauk keuntungan maka pendidikanpun dipermahal dan hanya orang-orang kaya yang mampu mengenyam pendiidkan tingkat atas dan rakyat yang secara ekonomis tidak mampu sampai pada pendidikan tingkat atas maka pendidikan yang diraihnyapun mentok pada pendidikan tinggkat bawah, SD,SMP. Dengan pendiidkan yang beradah pada tinngkatan bawah berpengaruh pada kerja produktivitas mereka, dimana rakyat yang sekolahnya rendah akan digaji rendah pula.

Pendidikan adalah landasan paling mendasar untuk melangkah kemasa depan yang lebih cerah, dan seluruh rakyat berhak mendapatkan pendidikan yang layak, kemajuan peradaban suatu bangsa di lihat dari kemjuan pendidikannya, seluruh negri-negri dunia pertama tahu dan sadar akan hal itu, dengan kesadarannya itupula, negara dunia pertama merancang pendidikan pada dunia ketiga hanya menjadi ajang bisnis dari berbagai negara kapitalis, negara dunia ketiga hanya menjadi tempat produksifitas tenaga kerja yang murah untuk membangun istana mega sang negara-negara kapitalis. maka, pendidikannyapun harus mengarah pada pembangunan tenga kerja bukan menciptakan tenaga ahli yang mampu menciptakan alat produksi sendiri. Ketergantungan alat kerja yang produktif yang diciptakan bayak ilmuan terkemuka yang berasal dari pendidikan diluar dari dunia ketiga menjadikan pendidikan dunia ketiga hanya menjadi alumnus-alumnus yang siap kerja pada perusahaan yang telah disiapkan.

Dengan adanya pendidikan semacam ini maka rakyat yang secara ekonomis sangat tergantung dengan uang untuk berbelanja berupa sandang, papan, dan makanan harus bekerja keras, berapapun upah yang mereka terimah akan mereka ambil sebagai belas kasihan dari sang pemilik alat-alat produkis dan sasaran produksi. Dan dengan pendiidkan maka baik secara lansung maupun tidak langsung akan menngarah pada apa kebutuhan dan keinginan sang pemilik modal. Karena Pendidikan adalah tempat menciptakan ideologi dan ilmu-ilmu yang mendukung dari kerja praktek mereka (kapitalisme).

Pendidikan mahal untuk orang miskin

Anggaran pendiidkan pada tahun ini (mulai tahun 2009) telah mencapai 20 %, dan yang menjadi pertanyaan adalah, apakah dengan anggaran pendidikan 20 % ini sudah cukup untuk meningkatkan mutu pendidikan? Anggaran 20 % ini hanya pada tingakatan pendiidkan bawah seperti, SD,SMP, dan SMA. Itupun tak semua sekolah negri mendapatkan anggaran pendidikan itu, apalagi pendidikan yang di kelolah oleh swasta.

Sekolah-sekolah yang di fasilitasi oleh negara (negri), hanya menampung bayak anak-anak dari kalangan yang kaya saja untuk mendapatkan pendiidkan di sekolah-sekolah/perguruan tinggi negri, bahkan memberikan mereka beasiswa pada mereka yang secara ekonomis mampu, pendidikan negri seakan-akan memberikan bonus bagi kalangan kaya berupa pendidikan gratis dan orang miskin di berikan keterpaksaan dan disekolahkan pada sekolah swasta yang mahal dan lepas dari tanggung jawab negara.

Dari semua sekolah/PT yang ada, hanya menampung pesertadidik yang secara ekonomis orangtua mereka mampu membayar pendidikan tersebut, Dan yang tidak mampu membayar silahkan angkat kaki dari sekolah/PT. pendidikan gratis yang mereka kampenyekan ketika masih berstatus calon pemimpin hanya kebohongan belaka saja. Meskipun pendidikan gratis ini di terapkan tak akan menyelesaikan masalah-masalah ekonomis pada pekerja seperti buruh, petani, nelayan, bahkan sampai pada kaum miskin kota. Karena pendidikan adalah tempat menciptakan ideologi yang mendukung pemerintahan yang sedang berjalan, dan pemerintah sekarang yang anti rakyat tak segan-segan memperlakukan rakyat yang miskin melarat sebagai sapih perah dalam sistem kerja produksi, ketika rakyat miskin dan bodoh maka rakyatpun bisa mereka bodohi dengan melalui pendiidkan yang ada.

Kita kembali pada persoaalan pendidikan di negri ini, mengenyam yang namanya pendiidkan dilihat dari seberapa bayak kekanyaan orangtua peserta didik pada sekolah-sekolah yang ada, mungkin dengan bayaknya kekanyaan orang tua mereka akan melancarkan keuntungan bagi pihak sekolah. Bagi orang tua peserta didik yang secara ekonomi mampu membiayai anak-anak mereka untuk sekolah tidak menjadi beban bagi mereka, sedangkan orang tua siswa yanng secara ekonomi tak mampu membiayai sekolah anaknya merasa tebebani.

Pendidikan gratis, apakah berpihak pada si miskin ataukah berpihak pada sikaya? Dalam sistem pendidikan yang masih diskriminatif, antara simiski dan siakaya dan bayak dari kalangan birokrasi pendidikan adalah kalangan sikaya maka secara logika pasti akan mendukung kalangan mereka saja. Dalam hal ini sudah saya jelaskan sedikit diatas, seperti beasiswa, dimana kebayakan yang menerima beasiswa adalah kalangan sanak saudara dari bisrokrasi sekolah/PT. lulus tes untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi hanya diperuntuhkan untuk orang yang mampu menyogok, dan simiskin yang tak mampu menyogok jadi korban.

Diskrimitatif adalam dunia pendiidkan masih sangat kental kita rasakan, dimana sekolah elit yang ada dietiap wilayah di penuhi hanya siswa-siswa dari kalangan yang orang tuanya mampu/kaya, sangat sedikit kita lihat dari kalangan buruh, petani, nelayan, dan kaum miskin kota yang menyekolahkan anaknya di sekolah-sekolah yang elit, anak dari kalangan buruh, petani, nelanyan , dan kaum miskin kota hanya di peruntuhkan untuk sekolah yang masih memungut biaya liar dari sekolah, seperti memakai seragam sekolah, buka, dan lain-lain. Pendidikan gratis dalam hal ini hanya sebatas biaya SPP saja tetapi sebulum masuk dalam sekolah tersebut orang tua siswa harus membayar uang pembangunan dan biayanyapun sangat mahal, belum lagi pembelian baju seragam sekola, dan buku-buku baik itu buku cacatan maupun buku pedoman pendidikan.

Pendidikan si miskin pendidikan yang ala kadarnya

Perbandingan sekolah-sekolah yang ada, antara sekolah yang ada dikota dan yang ada didesa. Perbandingan ini secara tidak sepenuhnya di peruntuhkan untuk masyarakat desa saja, tetapi, karena dikotapun banyak fakir miskin yang tak menerima pendidikan yang layak seperti kaum miskin kota yang termajinalkan dari dunia pendidikan karena sibuk mencari nafkah.

Fasilitas pendidikan dikota dan desa sangat jauh berbeda, dimana sekolah-sekolah yang ada di kota yang dipenuhi oleh anak-anak dari kalangan yang mampu alias “kaya” akan memaksa pihak sekolah melengkapi fasilitasnya atas permintaan orang tua siswa yang kaya (kalangan pejabat, pengusaha). Sekali lagi baha sekolah selalu memihak pada si kaya. Sedangkan sekolah yang ada didesa yang dipenuhi oleh anak dari kaum miskin desa (karena kaum kaya yang ada didesa melarikan anaknya ke sekolah yang ada dikota), jadi fasilitas sekolah yang ada didesa tidak begitu diperhatikan sedangkan dalam ujian nasional seluruh sekolah di setarakan soal-soal ujiannya, ini kita bisa survei dan kita coba bandingkan antara sekolah yang dikota dan di desa.

Kaum miskin kota yang tidak menerimah haknya untuk menuntut ilmu dan memilih sekolah yang ingin mereka tempati menjadi gelandangan di kota-kota, menjadi pengemis, pengamen jalan. Pemerintah sekarang acuh tak acuh dengan anak-anak yang putus sekolah dan melepaskan mereka sebagai pengemis jalanan yang tak berpendidikan. Diskriminatif bagi sebagian besar rakyat indonesia tidak bisa kita pungkiri kenyataannya, bahkan pemerintah dengan antusias memelihara kaum miskin ini sebagai cadangan buruh-buruh pabrik, karena mereka yang tak memiliki pendidikan akan menjadi bruruh yang murah karena dengan kebodohannya dan tak mempunyai legalitas ijasa pendidikan yang mereka punya. Titik persoalan ada pada sekotor ekonomi kapitalisme, ketika sistem kapitalisme ini belum musnah di negri ini pasti akan lebih memperburuk lagi dunia penndidikan kita yang orientasi tidak mengarah pada apa yang kita sebut memanusiakan manusia, tetapi pendidikan sekarang adalah prose ideologisasi dari keberpihakan sistem yang sedang berkuasa yaitu sistem kapitalisme (sistem yang menyembah modal/uang).

Apa yang harus kita lakukan selaku rakyat mayoritas yang tertindas dengan masyarakat yang minoritas dan kaya raya ini.? Apakah kita akan pasrah dan melapangkan dada untuk mendukung kebijakan-kebijakan mereka dan terus merasakan kebobrokan sistem ini.? Perubahan tidak begitu serta merta ada disetiap perjuangan kaum pekerja, perubahan adalah dimana klas pekerja/kaum miskin yang berkuasa atas negara yang berkuasa terhadap rakyatnya. Jika rakyat pekerja belum berkuasa di negri ini maka kesejahtraan hanya menjadi mimpi belaka, hanya menjadi mimpi disiang bolong.

Mereka adalah pribumi terpelajar, jika mereka pribumi tidak terpelajar, maka engakau harus, harus dan harus membuat mereka menjadi terpelajar, dengan bahasa yang mereka ketahui.
(pramudeya annta toer)


Penulis adalah Manusia yang Masih Melawan


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar, mengkritik, di kolum dibawah dengan komentar-komentar serrta kritikan yang ilmiah. study, organisasi, dan revolusi. salam muda kerakyatan, salam sosialisme