Laman

Jumat, 08 Mei 2015

Pernyataan Sikap KP-SGMK, Mengenang 22 Tahun Kematian “MARSINAH”

Pernyataan Sikap KP-SGMK
Mengenang 22 Tahun Kematian “MARSINAH”

Ayo bangkit, maju dan melawan!!!

Tidak cukup hanya mengenang, dan menjadikannya semangat. Kita harus lebih maju dari dia, agar kematiannya tak sia – sia “Marsinah” 8 Mei 1993 Bulan Mei bulan, yang sangat bersejarah bagi kaum buruh terutama di Indonesia dimana 1 Mei merupakan hari buruh Internasional, dan 8 Mei hari kematian seorang buruh perempuan. Namun tidak ada hal signifikan yang membedakan kedua momentuman  ini, 1 Mei merupakan hasil perjuangan buruh menuntut 8 jam kerja, pada saat itu bukan satu tapi ribuan bahkan jutaan buruh yang berjatuhan saat pemogokan dilancarkan. 8 Mei di Indonesia dikenal sebagai hari kematian “Misterius” dari buruh perempuan, pimpinan aksi demonstrasi saat itu yang menuntut kenaikan upah. Kemudian satu hal yang menyatukannya ialah dimanapun, kapanpun kaum buruh mengalami penindasan dan penghisap yang sama.

Marsinah, sosok yang hampir semua buruh mengenalnya bahkan ia menjadi semangat tersendiri bagi buruh-buruh perempuan dan perempuan Indonesia yang mendapatkan kekerasan, diskriminasi, penindasan ganda. Ia terus memberikan semangat untuk tidak mundur saat berjuang, ia mengajarkan apa yang seharusnya dilakukan, bukan jatuh dalam logika formal bahwa perempuan tak pantas demikian.

Setiap tahun tepatnya 8 Mei kita selalu mengenang “hilangnya” Marisnah yang sudah 22 Tahun sejak ia pulang ke ibu pertiwi , tak terungkap siapa dalang dari kematiannya.  Ia hanya menuntut kenaikan upah pokok dari Rp 1.700 per hari menjadi Rp 2.250 ? di PT Catur Putra Surya (CPS) Porong, Sidoarjo, Jawa Timur. Tapi apa yang ia dapatkan? KEMATIAN. Saya rasa kita tak butuh bukti banyak lagi bagaimana sebenarnya wajah asli dari pengusaha dan pemerintah saat ini. bukan hanya Marsinah kematian perempuan karena kerakusan kaum pemodal, tak terhitung, banyak perempuan yang meninggal karena jam kerja yang menghisap, berdiri selama 8jam bahkan lebih,  lingkungan pabrik yang tidak sehat bagi kesehatan, tidak ada biaya persalinan, tidak adanya jaminan kesehatan, lingkungan yang syarat akan kekerasan.

Kriminalisasi dan penyiksaan yang dialami oleh Marsinah, juga dialamu oleh rakyat tertindas pada umumnya, seperti petani, nelayan, pedagang kecil, masyarakat adat, dan rakyat tertindas lainnya, bahkan mahasiswa sekalipun juga mengalami hal yang serupa. Kriminalisasi, penyiksaan, dan bentuk kekerasan lainnya hampir terjadi dimana-mana, berbarengan dengan konflik-konflik agraria yang kerap kali terjadi di masa sekarang. Artinya, dengan tidak dituntaskannya kasus Marsinah oleh rezim neoliberal atau malah membiarkan kasus Marsinah kadaluwarsa, bukan hanya berdampak pada kaum buruh saja. Namun hal ini juga akan melanggengkan praktik kriminalisasi dan penyiksaan yang selalu dialami oleh buruh perempuan lainnya.

Dengan banyaknya kasus buruh perempuan, bahkan kaum perempuan secara umum tidak ada satupun partai politik yang bercokol di parlemen saat ini, bahkan Jokowi-JK berbicara mengenai pentingnya melindungi kaum buruh perempuan dan setiap hak-haknya harus terpenuhi. Bahkan sampai pada penuntasan kasus Marsinah yang sampai sekarang ini tidak ada kejelasan.

Apakah kita masih  harus percaya dan bergandengan  dengan para pemodal dan pemerintah setelah sekian ribu bahkan jutaan kasus penindasan, kekerasaan, upah murah, jam kerja, kematian, kriminalisasi,  dan masih banyak lagi kasus lainnya. Apakah pantas yang dilakukan oleh beberapa pimpinan serikat buruh dan serikat - serikat buruh hari ini, yang bahkan membangun “harmonisasi” dengan para pemodal dan pemerintah. Mereka telah lupa “siapa mereka, dan dari mana mereka berasal, siapa kawan, siapa musuh”  Maka kita sebagai Marsinah masa kini wajib “Mengingatkan” dan memberikan “ TEGURAN” . Bahwa kaum buruh, harus memberikan garis pemisah yang TERANG, mana majikan dan mana pelayan, mana buruh dan mana pengusaha plus pemerintah, siapa penindas dan yang ditindas. Bagi kaum buruh yang memilih untuk bergandengan tangan dengan majikan (pengusahaa/pemodal) maka dia tidak lagi kaum buruh melainkan borjuis yang menjadikan kaum buruh sebagai bahan dagangan politik.  

Mengingatkan bahwa, kaum buruh tidak harus terjebak dalam perjuangan ekonomis dan normatif, jika kita masih saja terjebak dalam perjuangan demikian, maka “Kematian” mereka tidak berarti apa-apa, karena masalah ini akan hadir setiap tahun,  bulan bahkan setiap hari kaum buruh akan mengalami hal yang sama jika, perjuangannya hanya bersandarkan pada perjuangan ekonomis (isi perut) saja, masalah ini akan terus berulang- ulang, selama sistem ekonomi kapitalisme Berjaya, selama industrI dimiliki individu/swasta dan tidak berorientasi pada pembangunan rill suatu Negara melainkan pada keuntungan Individu.

Maka kaum buruh harus meningkatkan rasa akan KEKUASAAN, karena kekuasaan yang bertumpu pada kepemilikan pribadi dan membiarkan jutaan kaum pekerja menderita, itulah kekuasaan menurut sistem kapitalisme. Sebuah sistem yang menaruh jutaan kepala rakyat pekerja ke tiang gantungan pasar dunia. Dan untuk saat ini sistem tersebut sedang dalam krisis, yang dengan jelas memperlihatkan bahwa kapitalisme tidak dapat memberikan kemajuan dan kemakmuran rakyat pekerja. Di sisi lain juga, sebagian terbesar umat manusia di seluruh dunia dihantui oleh kemiskinan, semakin intensnya eksploitasi dan hancurnya masa depan dari berbagai segi, karena sistem kapitalisme tersebut adalah krisis itu sendiri.

Sudah menjadi keharusan rakyat pekerja menjadikan 1 mei dan 8 mei dan seterusnya sebagai keberlanjutan kemenangan perjuangan kaum buruh di masa sejarah yang lalu dan menjadikan hari kedepanya untuk bisa mendapatkan hak-haknya kembali hingga pada perebutan dan pembangunan kekuasaan rakyat sejati yang dipercayai sebagai jalan keluar dari semua permasalahan rakyat pekerja saat ini. Maka, sudah saatnya kaum buruh bangkit dan melawan hingga kemenangan tiba ditangan klas buruh.

Kaum Buruh Bersatulah!
Dan Lawan
1.      Politik Upah Murah
2.      Program MEA
3.      Progam MP3EI
4.      Sistem Kontrak dan Outsourcing

Jakarta , 8 Mei 2015
Biro Politik Senta Gerakan Muda Kerakyatan


Desi N. Mebang


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar, mengkritik, di kolum dibawah dengan komentar-komentar serrta kritikan yang ilmiah. study, organisasi, dan revolusi. salam muda kerakyatan, salam sosialisme