Sejak tahun 2006 Pegunungan Kendeng yang masuk
wilayah Pati diincar oleh raksasa-raksasa Tambang. Berawal dari masuknya Pabrik
Semen Geresik di Sukalilo Pati, Perlawanan terus berlanjut hingga PT. Semen
Geresik memutuskan untuk mundur dari Gendeng di tahun 2009.
Setelah mendapat penolakan terus menerus dari warga Pati.
Kini PT. Semen Geresik yang pada tahun 2012 mengubah namanya menjadi PT/ Semen Indonesia
(PT. SI) dan warga meminta Gubernur Jawa Tengah untuk segera mencabut isin
lingkungan PT Semen Indonesia No. 668.1/17 tahun 2012 tentang isin lingkungan
kegiatan penambangan oleh PT. Semen Gerisik (Persero) Tbk, di Kabupaten Rembang,
Provinsi Jawa Tengah.
Dalam mengincar Pegunungan gunung Kendeng Kabupaten Rembang sebagai
lahan Investasi barunya. Lokasi tersebut berada di Cekungan Watuputih, Kecamatan
Gunem, sebuah wilayah yang memiliki 109 mata air, 4 sungani bawah tanah dan 49
gowa yang kaya akan posil-posil kuno. Isu rencana penambangan ini mulai senter
pada tahun 2012 setelah PT.SI mendapat ijin Eksplorasi dari pemerintah. Pada
april 2013, rencana tersebut semakin kuat setelah Kementrian kehutanan
menyetujua tukar guling lahan perhutani KPH mantingan untuk kebutuhan lokasi Pabrik
PT. Semen Indonesia Kabupaten Rembang.
Lokasi Pabrik dan Areal Penambangan PT. Semen Indonesia
akan mencaplok lahan seluas 900 ha yang terdiri dari 50 ha lahan Perhutani dan
sisanya adalah milik warga. Isin dari kegiatan ini dikeluarkan sewaktu Gubernur
Jawa tengah masih dijabad oleh bibit Waluyo. Selain itu, dua pejabat lain yang
terlibat dalam proses perizinan ini adalah mantan Bupati Rembang, H. Salim, dan
Mentri ESDM, Jero Wacik, yang keduanya menyandang kasus terpidana korupsi.
Pada tanggal 16 juni 2014 menjadi moment penting
perjuangan warga dengan berlangsungnya aksi Ibu-ibu untuk menyambut meletakkan
batu pertama dalam proses pembangunan Pabrik PT. Semen Indonesia. Menolak
pembangunan ini dengan dasar kerusakan yang akan di timbulkan. Sebagai bentuk
penolakan ini, sejak tanggal 16 Juni 2014 hingga sekarang warga yang menolak
pembangunan pabrik semen mendirikan tenda perjuangan didepan pintu masuk tapak
pabrik.
Perjuangan warga Rembang sampai hari ini masih berlanjut.
Ironisnya, refresivitas Negara beserta instrument Negara lainnya yang di
lakukan terhadap warga pegunungan Kendeng, Rembang, Jawa Tengah sudah sekitar
285 hari, mulai dari beberapa pecan lalu dan sampai pecan ini kondisi warga Rembang
yang mayoritas ibu-ibu yang makin darurat, karena akses ibu-ibu Rembang pun
untuk masuk ke lahannya di tutup. Bahkan intimidasi secara tidak langsung
maupun secara langsung dari alat Negara sangat massif. Dan wargapun diancam
akan di tembak di tempat, apabila warga tetap bersi keras untuk masuk ke lahan
milik warga.
Sangatlah jelas bahwa ternyata kekuasaan modal
maupun penundukan Negara dan instrument hokum lainnya. Kekuasaan yang menindas
dan Kongkalikong antara Negara dan begundal-begundal (Kapitalisme) yang rakus,
harus digulingkan dengan gerakan solidaritas Buru, Mahasiswa, Tani dan Rakyat
tertindas lainnya.
Untuk itu besar harapan “Petani Rembang” keepada kawan-kawan sekalian,
agar kiranya melibatkan diri dalam Solidaritas untuk Petani Rembang.
Salam hangat dari kami ibu-ibu Rembang, Pegunungan Kendeng !!
Salam Solidaritas untuk Kemanusiaan !!
yang bersolidaritas:
SRIKANDI, FMK, UKM SENI UMI, FMD SGMK, HPMS, MALCOM, PMKKA, KPO PRP, PB.IPMIL RAYA, GMPA, KIPAS MAKASSAR.